KEDEWASAAN ROHANI
(1 Korintus 3 : 1 - 23)
RASUL Paulus menilai jemaat di Korintus sebagai manusia duniawi yang belum dewasa
di dalam Kristus. Dasar penilaiannya adalah karena diantara mereka masih ada berbagai
macam iri hati, perselisihan, pertengkaran dan lain sebagainya. Mereka belum bertumbuh di dalam kasih yang merupakan karakter Kristus. Bahwa kedewasaan rohani itu bukan hanya diukur dari kefasihan kita menguasai pengetahuan dan pengajaran tentang Firman Tuhan. Kedewasaan rohani itu juga tidak semata-mata menyangkut perihal kuasa Illahi dan berkembangnya karunia-karunia Roh dalam kehidupan dan pelayanan kita. Gereja Tuhan yang dewasa adalah hidup seperti Yesus, dipenuhi dengan karakter Illahi. Memang karunia-karunia Roh itu kita banggakan, tetapi tidak untuk kesombongan dan membangkitkan iri hati, perselisihan, kebencian, saling merendahkan. Itu semua dosa. Oleh karena itu maka kasih harus kita kejar dan kita tunjukkan sebagai respon kita terhadap karunia Roh yang dicurahkan bagi kita. Ingat, Tuhan Yesus telah mengingatkan kepada kita bahkan di akhir jaman banyak orang berteriak-teriak : Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu. Bukankah kami telah mengusir setan atas nama-Mu. Bukankah kami telah menyembuhkan orang sakit demi nama-Mu. Untuk itu, Aku akan berkata kepadamu : Hai orang jahat, Aku tidak pernah mengenal kamu. Kamu si tukang sombong, enyahlah dari hadapan-Ku.
Demikianlah orang menyombongkan diri adalah tanda ketidak dewasaan kita. Oleh karena itu kita harus menjadi semakin dewasa dalam rohani. Amin.
Ibadah Minggu, 1 November 2009
Pukul 06.30 WIB.
Pdt. Sundoyo, S.Si.
Nats : Efesus 5 : 22 – 33
Relasi Suami – Istri
Sikap Hati : Istri harus tunduk kepada suaminya, suami harus mengasihi istri. Dasar Kebenaran : Sikap Jemaat yang menaruh hormat dan taat kepada Yesus Kristus. Sikap Yesus Kristus yang mengasihi jemaat. Rela mati untuk menunjukan kasihNya kepada jemaat.
4 Hal yang membuat roh pasangan bereaksi
Suami tidak menguasai diri. (mata, marah). Istri meragukan ketulusan cinta suaminya. Suami tidak menempatkannya sebagai yang ‘pertama’ dalam hidup. (kalah dengan hobby, teman, pekerjaan dll) Istri merasa diabaikan. Suami membandingkannya dengan wanita lain. Suami tidak memimpin (tidak ada tujuan keluarga, membiarkan persoalan berlarut-larut, mengambil keputusan sekedarnya.
MENGAPA SUAMI BEREAKSI
Istri mengungkit-ungkit kembali kegagalan, kesalahan suami. Suami meragukan sikap rasa hormat dari istrinya. Istri memiliki harapan yang tidak disampaikan secara jelas. Suami merasa terpenjara. Istri mengabaikan tanggung jawab (rumah tangga, anak-anak, pakaian) Suami merasa tidak dapat menyenangkan hati istri. Istri menolak kepemimpinan suami. Suami merasa tidak mampu
0 komentar:
Posting Komentar